Hari Patah Hati Seorang Ayah
"Hai, Baby."
Dua kendaraan mewah beroda empat terparkir di depan rumah sederhana itu. Nanda turun dari Range Rover, Barki menyusul dari balik Jaguarnya. Sukses memukul hati Ayah Calvin dengan perasaan terintimidasi.
Dalam satu gerakan, Ayah Calvin mendorong lembut punggung Silvi masuk ke mobil. Takkan dibiarkannya Barki menyentuh Silvi. Seringai sinis bermain di bibir sulung keluarga Mueler itu.
"Kenapa, Calvin? Mencoba menjauhkan Silvi dariku rupanya?" cetusnya sarkastik.
Kedatangan jewelry sibling merusak paginya. Kini kotak ingatan Ayah Calvin telah sempurna terbuka. Dia dapat mengidentifikasi mereka berdua. Si sulung Barki Laksana Mueler, pria yang tak tertarik dengan pernikahan namun terobsesi memiliki anak perempuan. Adiknya, Nanda Syah alam Mueler, jatuh cinta setengah mati pada Bunda Manda. Mengerikan, istri dan putrinya diincar orang. Barki dan Nanda seolah tak peduli bahwa perempuan yang mereka kasihi telah termiliki.
"Aku bawa ini untukmu," kata Nanda, menyodorkan kotak hitam mungil. Bentuknya seperti kotak cincin.
"Apa ini?"
"Bukalah."
Kepuasan menghiasi air muka jewelry sibling saat Bunda Manda membuka tutup kotak. Terperanjat melihat kilau berlian dari sebentuk cincin. Berlian, makanan sehari-hari bagi Mueler bersaudara.
"Kau tahu kenapa berlian begitu berharga?" Nanda melontar tanya.