Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Opa Hilarius dan Ayah Calvin

10 April 2020   06:12 Diperbarui: 10 April 2020   07:02 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sayang, makan siang dulu ya." Ujarnya.

Tanpa disuruh dua kali, Silvi mengambil piring. Menyendok nasi dan ayam panggang. Tak lupa ia membantu Bunda Manda memasukkan telur ke dalam kotak-kotak katering.

"Terima kasih, Sayang. Udah, yang ini biar Bunda aja. Kamu makan dulu."

Kursi berkaki empat ditarik. Silvi duduk di dekat Bundanya. Pelan-pelan menghabiskan makanan. Sesekali mata birunya bersitatap dengan mata indah Bunda. Intel hati seorang ibu tak dapat dilawan. Bunda Manda dapat merasakan tanda tanya dalam tatapan Silvi.

"Ada yang mau Silvi bicarakan sama Bunda?" tawarnya lembut.

"Ada," sahut Silvi cepat.

"Bunda, apa Ayah masih hidup?"

Klontang. Spatula di tangan Bunda Manda melompat ke lantai. Pada saat bersamaan, sikunya menyenggol mug putih. Benda itu pun tak luput mencium keramik.

"Ayah Silvi sudah meninggal..." desis Bunda Manda.

Silvi tertunduk layu. Berarti, Opa Hilarius menyampaikan informasi yang salah. Bukankah orang meninggal tak bisa ditemui?

"Kenapa Ayah meninggal?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun