"Sayang, makan siang dulu ya." Ujarnya.
Tanpa disuruh dua kali, Silvi mengambil piring. Menyendok nasi dan ayam panggang. Tak lupa ia membantu Bunda Manda memasukkan telur ke dalam kotak-kotak katering.
"Terima kasih, Sayang. Udah, yang ini biar Bunda aja. Kamu makan dulu."
Kursi berkaki empat ditarik. Silvi duduk di dekat Bundanya. Pelan-pelan menghabiskan makanan. Sesekali mata birunya bersitatap dengan mata indah Bunda. Intel hati seorang ibu tak dapat dilawan. Bunda Manda dapat merasakan tanda tanya dalam tatapan Silvi.
"Ada yang mau Silvi bicarakan sama Bunda?" tawarnya lembut.
"Ada," sahut Silvi cepat.
"Bunda, apa Ayah masih hidup?"
Klontang. Spatula di tangan Bunda Manda melompat ke lantai. Pada saat bersamaan, sikunya menyenggol mug putih. Benda itu pun tak luput mencium keramik.
"Ayah Silvi sudah meninggal..." desis Bunda Manda.
Silvi tertunduk layu. Berarti, Opa Hilarius menyampaikan informasi yang salah. Bukankah orang meninggal tak bisa ditemui?
"Kenapa Ayah meninggal?"