Dapat Calvin rasakan gelombang rasa kagum bercampur iri dalam tatapan itu. Tentu saja Jose mengagumi Calvin yang tampan, daddyable, jago memasak, dan dikagumi banyak orang. Pendar kekaguman bersaput iri lantaran banyak yang mencintai Calvin, dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
"Silvi, sini Sayangku." Calvin memanggil Silvi di halaman. Lembut meraih tangannya, mengajaknya masuk ke ruang tamu. Sementara itu, Jose menggandeng Arini tanpa bicara.
Lembut penuh kasih sayang, Calvin mendudukkan Silvi di pangkuannya. Ia menyuapi Silvi. Jose hanya menyodorkan sendok pada Arini. Mengisyaratkan Arini untuk makan sendiri. Manik mata Adica melirik bibir Silvi yang belepotan. Refleks jemarinya mengusap bibir Silvi sampai bersih. Saat Silvi mau menelan suapan terakhir, Calvin mendaratkan kecupan hangat di keningnya.
Sekilas mungkin terkesan tak imbang. Namun, percayalah, ketiga ayah ini punya pesonanya masing-masing: Calvin yang lembut dan menjadi panutan, Adica yang identik dengan sikap coolnya, dan Jose yang memikat siapa saja dengan keberanian travelingnya.
"Aku boleh menginap di sini, ya?" pinta Jose selesai makan.
"Kamu diusir Alea?" ceplos Adica.
Jose mengibaskan tangannya tak sabar. "Mungkin aku akan berpisah."
"Ada apa, Jose? Cerita padaku...jangan cepat mengambil keputusan untuk berpisah." Bujuk Calvin.
Mengalirlah cerita itu. Jose cemburu, cemburu pada teman-teman istrinya. Alea sangat cantik. Menikahi mantan Gadis Sampul ternyata tak seindah angan. Berkali-kali Jose harus menahan cemburu lantaran Alea masih dikejar banyak pria yang lebih rupawan darinya. Penulis buku dan traveler itu pun menolak lupa kalau Alea dan Calvin pernah saling mencintai.
"Demi Tuhan, aku dan Alea sudah lama berakhir. Alea itu tulang rusukmu, Jose. Jangan tinggalkan dia." Ujar Calvin sedih.
"Lagian kamu aneh." Timpal Adica meremehkan.