"Pulanglah, Jose. Rumahmu bukan di sini. Aku adalah tempatmu untuk pulang."
Ow, jadi ini wanita bernama Alea? Kutatapi wajah cantiknya. Mataku bergeser ke arah Uncle Jose. Aku perhatikan teman baik Papa dan Ayah itu nampak kalut. Sementara itu, Auntie Alea menyodorkan sehelai kertas kusut.
"Selama kamu menghilang, aku membaca puisi yang kamu tulis untukku pertama kali bertahun-tahun lalu: A Tribute to Alea. Puisi itu membuatku tenang."
Uncle Jose bisa juga membuat puisi. Aku baru tahu. Sementara kupandangi Arini yang bersandar manja ke pelukan Mommynya, hatiku teraduk-aduk. Aku mau dipeluk Ayah.
"Selamat ulang tahun, Jose. Alea adalah kado dari kami di hari spesialmu."
Tanpa diduga, Ayah telah berdiri di ambang pintu utama. Senyum terlukis di wajah pucatnya. Aku melompat ke pelukan Ayah. Papa menyusul di belakangnya, raut wajahnya sedih bercampur bahagia. Ayah menciumi keningku berulang kali. Kurasakan tatapan pedih Papa menghujamku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H