-Fragmen Silvi
Sore itu, terakhir kalinya aku melihat Ayah. Papa jahat. Papa bawa Ayah entah kemana. Aku berantakan tanpa Ayah.
"Aku mau Ayah! Aku mau Ayah! Aku mau Ayaaaah!" teriakku di malam kedua sejak Ayah tak di rumah.
Mendengar teriakanku, Arini terbangun. Kami berbagi kamar. Aku takut tidur sendirian. Arini menatap galak ke arahku.
"Diam, anak cengeng! Di sini nggak ada Ayahmu! Nggak ada yang manjain kamu!" seru Arini jengkel.
Enak saja dia membentakku. Dia menyuruhku diam di rumahku sendiri. Aku berteriak sambil menangis. Aku benar-benar butuh Ayah.
Dari balkon kamar, datanglah Uncle Jose. Pelan ia meminta Arini tidur di kamar tamu yang lain. Setelah itu, Uncle Jose duduk di pinggir ranjang.
"Aku mau Ayah!" isakku, separuh wajahku tersembunyi di bantal.
Dalam diam Uncle Jose memelukku. Kutahu kalau Uncle Jose lebih dingin dari Papa dan tak selembut Ayah. Meski begitu, ia cepat tanggap dan berada di sisiku.
"Aku bukan Ayahmu. Aku tak bisa memanjakanmu," ujar Uncle Jose pelan.
"Tapi aku jamin kamu takkan sendirian malam ini."