"Wow, pensi SMA aja door prizenya kayak gini. Good job, Silvi." Adica tak bisa menahan diri untuk memuji.
Silvi sendiri tak percaya dengan door prize yang didapatnya. Semakin bagus hadiah, semakin royal sponsor mendukung pelaksanaan event, dan semakin meyakinkan hasil kerja Silvi. Goodie bag itu berisi sepasang jam tangan, kaos couple, netbook, dan voucher makan di sebuah restoran mewah.
"Yah, aku nggak suka kaos. Gimana dong?" tanya Silvi, menatap kaos couple yang belum dibuka bungkusnya.
"Ayah juga nggak suka. Jas tetap nomor satu. Kamu mau?" tawar Calvin pada Adica.
"Nggak. Kita kasih aja buat Sonia dan anaknya."
Calvin dan Silvi setuju. Adica menatap iri voucher makan untuk dua orang. Sebenarnya, gampang saja baginya makan di resto mewah itu. Ia hanya ingin merasakan romantisme makan bersama orang terkasih di tempat yang juga romantis.
"Kenapa, Adica? Pengen makan malam romantis. Makanya, kamu nikah dong." goda Calvin.
Adica menatap sebal saudara kembarnya. "Alah, kayak kamu mau nikah aja."
"Aku memang nggak mau nikah. Aku di sini aja, urus Silvi. Cukup kamu yang kasih Mama baru, ok?"
Adica menggigit bibirnya. Calvin sudah memberi lampu hijau. Hanya saja, Adica belum menemukan wanita yang cocok.
"Udah ah. Aku mau tidur. Besok ada meeting. Good night."