Kantukku lenyap seketika. Inilah yang kutunggu. Catharina menoleh padaku, tersenyum penuh arti.
"Asal kegiatan non-akademis aja, kamu semangat banget."
Ah, dia memang sahabatku. Catharina tahu persis apa yang kusuka dan yang tidak kusukai. Di sekolah ini, sahabatku hanyalah Catharina. Hampir semua murid hanya mendekatiku karena aku cantik dan pintar. Tak ada yang sungguh-sungguh mau berteman baik denganku.
Usai jam pelajaran, aku naik ke latai empat. Di sanalah ruang 55 berada. Aku calon pengurus OSIS yang tiba paling awal. Sengaja kutempati bangku di barisan paling depan.
Frater Gabriel datang. Aku menahan napas. Lagi-lagi aku hanya berdua dengannya.
"Kamu rajin banget ya. Datang duluan." pujinya.
Aku melting. Frater Gabriel bisa aja bikin murid binaannya meleleh. Kalau aku sampai bisa membuatnya lepas jubah, namaku layak masuk Guiness Record.
"Frater, aku boleh minta nomor WA nggak? Siapa tahu aku mau konsultasi gitu." pintaku.
"Nomor WA?" ulang Frater Gabriel.
"Iya. Kalau aku butuh bantuan Frater..."
Frater Gabriel menggeleng. Aku kecewa. Jangan-jangan aku dikira gadis penggoda.