Aku terlonjak. Penyedot debu itu berdengung di telingaku.
"Vacum cleaner...vacum cleaner." gumamku tak jelas.
Seisi kelas menatapku. Mereka semua, kecuali Catharina, tertawa mengejek. Tawa Natasha paling lebar.
"I...iya Bruder?"
"Kerjakan soal logaritma itu!" tunjuk Bruder Marius ke whiteboard.
Aku berjalan lambat ke depan kelas. Mata biruku menjelajahi angka demi angka yang bergulir seperti ular. Spidol berdecit-decit di papan puih, menggoreskan jawaban. Jawaban berikut cara pengerjaan selesai kudaraskan. Aku berbalik ke bangku, masih dengan mata mengantuk.
"Good job."
Jawaban sempurnaku membungkam seluruh kelas. Rasakan kalian, salah sendiri meremehkan Silvi putri Ayah Calvin dan Papa Adica.
"Nggak usah dimasukkin hati ya," hibur Catharina.
Aku mendengus tak peduli. Baru saja kubenamkan kembali kepala di lenganku, interkom sekolah berbunyi.
"Kepada seluruh calon pengurus OSIS, harap berkumpul di ruang 55 sepulang sekolah."