Di hari kelima, Adica dan Rossie nekat menyelundupkan tiramisu buatan mereka ke rumah sakit. Lagi-lagi mereka menganggap kue buatan mereka enak belaka. Calvin, yang selalu menghargai pemberian orang lain, berhasil memakan kue itu sampai habis.
"Bukan. Ini dari Alea. Semalam dia khusus memesannya pada Rossie." jawab Adica.
"Taraaa...!"
Rossie menyerahkan vas kristal berisi bunga anggrek Cattleya. Calvin menerimanya, speechless. Alea mengiriminya bunga? Untuk apa?
"Bunga bisa mempercepat kesembuhan pasien rumah sakit, Calvin." Adica dan Rossie bergantian memberi penjelasan.
"Bunga segar membuat pasien lebih bahagia, merasakan energi positif, dan menguatkan keinginan untuk sembuh."
Katakanlah Adica dan Rossie tak pandai memasak. Akan tetapi, mereka mahir soal bunga. Itu karena Adica dan Rossie menjadikan toko bunga sebagai modal hidup mereka.
Hati Calvin bergetar. Alea telah berbuat banyak untuknya selama dia sakit: mendonorkan darah dan mengirimkan bunga. Apa pun dilakukan Alea agar dirinya cepat sembuh. Semua itu sangat, sangat berarti.
Bila Calvin bahagia dan terharu, lain halnya dengan Jose. Mendung menghiasi wajahnya. Mengapa Alea berbuat sebanyak itu untuk Calvin? Alea masih sangat perhatian pada cinta pertamanya. Jose tak bisa berpikir positif seperti Sivia. Ya, wanita itu tak cemburu. Sebab Alea pernah mengirim bunga yang sama untuknya waktu ia lulus kuliah.
Jose keluar ruangan tanpa pamit. Ia menuju masjid di sayap kanan gedung rumah sakit. Ketenangan, itulah yang dicarinya. Badai itu belum reda.
Tiba di depan masjid, cobaan lain menderanya. Ia dan kursi rodanya dilarang masuk. Sungguh diskriminatif.