"Sorry..." gumamnya meminta maaf.
"No need to sorry." Jose dan Sivia menyahuti nyaris bersamaan.
"Aku membuat kalian lelah. Begitu keluar dari rumah sakit, aku yang akan menemani kalian."
Tidak, Jose dan Sivia tidak butuh balasan. Melihat Calvin sehat kembali saja sudah cukup.
"Aku tidak banyak gunanya, Calvin. Lihat, aku duduk di kursi roda bodoh ini. Tapi setidaknya, aku ingin selalu menemanimu." ungkap Jose sedih.
Calvin mengangkat alisnya. "Nah...mulai lagi underestimate. Kehadiranmu sangat berguna, Jose."
Suami Alea itu mengangkat bahu. Dia memutar kursi rodanya, bersiap meninggalkan ruang VIP. Memberi kesempatan berdua saja untuk Calvin dan Sivia. Biarlah ia menunggu di koridor selama beberapa waktu.
Sivia menuangkan air mineral ke dalam gelas. Beberapa pil obat diletakkannya ke telapak tangan Calvin. Ritual yang paling dibenci pria itu: minum obat.
"Kita saling rawat ya, Sayang." Sivia berbisik tulus, sangat tulus.
Sesuatu yang lembut menyentuh hati Calvin. Saling merawat, dua kata itu memekarkan kembali bunga-bunga di taman hatinya. Beberapa tahun bersama, baru kali ini Sivia merawat Calvin.
Satu per satu obat diminumnya. Cukup lancar, Calvin tak perlu memuntahkan obatnya seperti yang pernah terjadi. Selesai meminum obat, Calvin tertidur. Sivia menyusul terlelap di sisi ranjang. Jemarinya bertautan dengan jari-jari Calvin.