Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] Candle Light Dinner

31 Oktober 2019   06:00 Diperbarui: 31 Oktober 2019   07:14 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa...?" tanya Jose tak terima.

"Yah...bisa saja kursi rodamu ada benda najisnya kan? Lagi pula, kurang kerjaan banget bolehin non-Muslim masuk masjid."

Sambil berkata begitu, beberapa jamaah dan pengurus masjid menatap sangsi ke arah mata Jose. Betapa kuat pengaruh stereotip di pikiran manusia. Stereotip menggerakkan orang untuk bersikap diskriminatif. Kerasnya pengaruh stereotip membuat golongan orang spesial dan minoritas terhalang untuk mengakses kesempatan. Bahkan kesempatan untuk masuk rumah ibadah.

Dengan sedih, Jose menggerakkan kursi rodanya. Satu lagi bentuk diskriminasi ia rasakan. Ironisnya, diskriminasi dilakukan oleh saudara-saudara seimannya sendiri. Hanya karena kursi roda, hanya karena matanya yang sipit.

Soal nyinyiran mata sipit masuk masjid pun pernah dialami Calvin. Jose ingat Calvin menceritakan pengalamannya. Tapi itu masih belum apa-apa bila dibandingkan dengan kursi roda. Andai Alea ada di sini...

"Abaikan mereka, abaikan mereka."

Terdengar suara lembut berirama seperti bernyanyi. Refleks Jose berpaling. Alea, wanita bergaun peach itu, berdiri di sisinya!

"Alea..."

Pelan-pelan Jose bangkit dari kursi roda. Meski tak bisa berjalan, ia masih bisa berdiri. Dua tubuh tinggi itu merapat dalam rengkuhan hangat.

"Sungguh disesalkan...orang dilarang masuk tempat ibadah hanya karena berkursi roda dan bermata sipit." Alea berujar sedih.

Jose terdiam. Ia tak membalas ketika Alea menciumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun