Masa pemulihan sedikit menyulitkannya. Ia hanya bisa memasak menu simple. Dipastikannya kejutan itu bermakna, sekalipun simple.
Pria itu sungguh keras kepala. Tekadnya besar saat memiliki kemauan. Belum pulih total, ia nekat menyetir sendiri ke supermarket. Membeli semua bahan yang diperlukannya. Memasak appetizer, main course, dan dessert. Sambil memasak, Calvin berdoa agar malam nanti tidak turun hujan.
"Yes!" Ia tersenyum puas, mundur mengamati hasil karyanya.
Meja bundar dikeluarkan. Taplak putih ditutupkan ke atas meja. Tuhan mendengar doa Calvin. Malam itu, bintang-bintang tersenyum cerah.
Menit demi menit berlalu mendebarkan. Tak sabar Calvin menunggu Sivia pulang.
Dan...
Tik-tok, tik-tok.
Bunyi langkah kaki Sivia! Inilah saatnya.
Wanita cantik bergaun putih itu tertegun saat memasuki rumah. Mengapa cahaya redup? Hanya ada lilin-lilin bulat sebagai penerangan. Mata birunya menyapu sekeliling ruangan.
"Wow..." desah Sivia takjub.
Rangkaian bunga lily putih, lilin bulat, meja bundar, dan semua makanan kesukaannya tersaji di depan mata. Telinganya menangkap dentingan piano. Ditolehkannya kepala.