"Makanya dengarkan baik-baik! Kubilang nyaris, Rein! Anjingmu nyaris menggigitku!"
"Mungkin dia nggak sengaja. Kamu juga sih, nggak ada aura-aura penyayang binatang sedikit pun."
Rinjani mengentakkan kakinya ke lantai parket. "Memang aku bukan pecinta binatang! Dari dulu aku nggak pernah suka kamu pelihara hewan! Kotor, mahal, bikin pengeluaran bulanan membengkak, dan risiko tertular penyakit! Pokoknya kamu harus singkirkan anjingmu dari rumah ini!"
Keterlaluan. Rinjani mencoba menyabotase hobinya. Reinhard merasa dirinya tak dimengerti. Mood menulisnya hancur berantakan. Dimatikannya laptop tanpa save dokumen yang baru saja ditulisnya.
"Sampai kapan pun, dia akan tetap di sini." tolak Reinhard tegas.
Rinjani mengurut dada. Mantan bankir yang kini mengelola online shop itu geram.
"Itu hukuman buat kamu. Bahkan anjingku tahu, kamu tidak punya aura penyayang." komentar Reinhard pedas.
Apa maksudnya itu? Nampaknya, Reinhard bersiap menyulut api pertengkaran baru.
Sebagai jawaban, Reinhard menarik tangan Rinjani ke ruang tengah. Televisi masih menyala. Menampilkan program memasak yang dipandu seorang chef wanita. Di meja samping sofa, tudung saji terbuka. Kosong.
"Aku ingin kamu seperti itu." tunjuk Reinhard ke pesawat televisi.
Mata Rinjani melebar. Dia salah paham. Dikiranya Reinhard membandingkan tubuh seksi chef itu dengan tubuhnya sendiri yang mulai berlemak.