Bila kupendam rasa ini (Viera-Rasa Ini).
Sivia memendam keinginan. Keinginan agar Ayah Calvin segera pulang.
** Â
Hari berikutnya, Ayah Calvin kembali ke rumah. Pria berbaju putih itu naik ke kamar Sivia.
Betapa kagetnya dia.
Robekan-robekan buku berserakan di lantai. Bungkus kosong keripik kentang, bagian tengah apel, tumpahan teh dingin, stik es krim, bunga lily pemberiannya yang telah mengering, dan patahan penggaris teronggok berantakan. Seprai bergambar Elsa Frozen tertarik lepas. Bantal penuh noda, entah noda apa.
"Ya, Tuhan, kenapa berantakan begini?" desah Ayah Calvin lelah. Dia membungkuk, membereskan kekacauan itu.
Dicari-carinya Sivia. Di kamar mandi, tidak ada. Pintu kedua dibukanya. Sivia terduduk di lantai balkon. Tangan dan kakinya luka-luka. Ayah Calvin berdiri menjulang di depannya, pucat dan sedih.
"Cuci lukamu," suruhnya.
Sivia bergeming.
"Cuci lukamu." ulang Ayah Calvin tajam.