"Selamat pagi, anak cantik."
"Anak nakalku sayang, lihat sarapan apa yang kubawakan untukmu. Blueberry pancake! Kamu pasti suka!"
Tubuh Sivia lunglai. Harapannya lindap. Kedua paman ganteng itulah yang membangunkannya.
** Â Â
Brankar itu ditiduri sesosok pria berparas oriental dan bermata sipit. Tim medis mengelilingi tempat tidur, sigap memasangkan oksigen. Bunda Alea menggenggam erat tangan Ayah Calvin.
"Alea, aku mau pulang." pinta Ayah Calvin.
Bunda Alea menggeleng kuat, matanya berkaca-kaca. Betapa lemah suara suaminya. Helaan nafas Ayah Calvin yang memberat kian mengkhawatirkan. Padahal saturasi oksigen telah dinaikkan.
"Sivia butuh aku. Dia akan sedih dan mencari-cariku. Mana mungkin kutinggalkan dia sendirian?" ujar Ayah Calvin sedih.
Bunda Alea tidak salah pilih. Dalam keadaan sehat dan sakit, Ayah Calvin selalu saja memikirkan orang lain. Genggaman tangan Bunda Alea bertambah erat.
"Anak kita akan baik-baik saja."
"Bawa aku pulang, Alea. Aku hanya batuk darah, mimisan, dan sakit punggung."