Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] Jose dan Arini

30 September 2019   06:00 Diperbarui: 30 September 2019   06:03 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jose menghela napas berat. Digenggamnya tangan Arini erat.

"Mereka tidak punya peran penting dalam hidup kita. Arini nggak perlu dengerin kata-kata mereka, ok?"

"Ayah nggak marah? Ayah nggak sedih?"

"Buat apa marah dan sedih? Memang kenyataannya Ayah lumpuh. Tapi, meski lumpuh, Ayah masih bisa jalan-jalan sama Arini kan? Ayah masih bisa beliin makanan, mainan, dan baju yang bagus-bagus buat Arini, kan?"

Iya, benar juga. Mendung di wajah Arini tergantikan senyuman. Mengapa harus marah dan sedih? Jose tak kalah baik dibandingkan ayah-ayah lainnya.

Semua barang belanjaan mereka bawa ke kasir. Arini memperhatikan Jose gelisah. Berulang kali penulis buku non-fiksi itu melirik arlojinya. Saat ditanya, ternyata Jose takut terlambat. Sebentar lagi Calvin dan Sivia datang.

Mereka buru-buru pulang. Supir keluarga membantu menaikkan barang belanjaan ke bagasi. SUV metalik itu meluncur menuju kompleks.

Jose dan Arini datang tepat waktu. Alea, yang sudah tiba di rumah satu jam yang lalu, meminta mereka segera ke rumah sebelah. Calvin dan Sivia sudah sampai.

"Yeeeeay, wellcome home Daddy!" seru Arini setiba di rumah sebelah.

Calvin tersenyum menawan. Menggendong tubuh Arini, lalu memutarnya. Arini tertawa kegirangan diputar-putarkan ayah keduanya. Sesaat kemudian, kembali diturunkannya gadis kecil itu.

"Daddy bantu beres-beres ya. Tunggu..." pamitnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun