Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] Jose dan Arini

30 September 2019   06:00 Diperbarui: 30 September 2019   06:03 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"I love you, Arini." ujar Jose, lalu menarik tubuh Arini ke pelukannya.

"Love you too, Ayah."

**   

Para pengunjung supermarket menatap mereka berdua. Sebagian kagum, sebagian mencela. Mereka yang kgum karena melihat Arini begitu mencintai Ayahnya. Golongan yang mencela karena merasa gadis secantik Arini tak pantas berayahkan pria yang duduk di kursi roda.

Sebaliknya, Arini nampak bahagia sekali bisa pergi berdua dengan Jose. Momen berbelanja bersama terkesan simple, namun memiliki arti yang dalam. Di dekat Jose, Arini merasa tenang. Sejenak dia melupakan perundungan teman-temannya di sekolah.

Di sekolah, Arini tak punya banyak teman. Banyak murid yang iri padanya. Arini dibanggakan para guru karena prestasi menulisnya. Di mata teman-temannya, Arini anak yang membanggakan dan membuat iri. Sampai akhirnya, mereka menemukan sesuatu untuk membully Arini: kondisi Jose. Ya, mereka memanfaatkan kondisi Jose untuk membuat Arini kesal.

Arini dan Jose menyusuri lorong demi lorong. Mengambil detergen, sabun, shampo, pengharum ruangan, dua kotak susu, buah-buahan, keju, dan baguette sandwich. Jose membelikan Silver Queen dan sekotak besar es krim kesukaan Arini. Melihat Ayahnya begitu perhatian, Arini menahan air mata. Ingatannya melayang pada ejekan teman-teman di sekolah.

"Kenapa, Sayang? Mau tambah lagi coklatnya?" Jose salah duga. Dikiranya Arini sedih karena coklatnya kurang banyak.

"Bukan, Ayah."

"Terus kenapa?"

"Teman-teman bilang Ayah Arini lumpuh. Ayah Arini kalah baik dari ayah mereka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun