"I love you, Arini." ujar Jose, lalu menarik tubuh Arini ke pelukannya.
"Love you too, Ayah."
** Â Â
Para pengunjung supermarket menatap mereka berdua. Sebagian kagum, sebagian mencela. Mereka yang kgum karena melihat Arini begitu mencintai Ayahnya. Golongan yang mencela karena merasa gadis secantik Arini tak pantas berayahkan pria yang duduk di kursi roda.
Sebaliknya, Arini nampak bahagia sekali bisa pergi berdua dengan Jose. Momen berbelanja bersama terkesan simple, namun memiliki arti yang dalam. Di dekat Jose, Arini merasa tenang. Sejenak dia melupakan perundungan teman-temannya di sekolah.
Di sekolah, Arini tak punya banyak teman. Banyak murid yang iri padanya. Arini dibanggakan para guru karena prestasi menulisnya. Di mata teman-temannya, Arini anak yang membanggakan dan membuat iri. Sampai akhirnya, mereka menemukan sesuatu untuk membully Arini: kondisi Jose. Ya, mereka memanfaatkan kondisi Jose untuk membuat Arini kesal.
Arini dan Jose menyusuri lorong demi lorong. Mengambil detergen, sabun, shampo, pengharum ruangan, dua kotak susu, buah-buahan, keju, dan baguette sandwich. Jose membelikan Silver Queen dan sekotak besar es krim kesukaan Arini. Melihat Ayahnya begitu perhatian, Arini menahan air mata. Ingatannya melayang pada ejekan teman-teman di sekolah.
"Kenapa, Sayang? Mau tambah lagi coklatnya?" Jose salah duga. Dikiranya Arini sedih karena coklatnya kurang banyak.
"Bukan, Ayah."
"Terus kenapa?"
"Teman-teman bilang Ayah Arini lumpuh. Ayah Arini kalah baik dari ayah mereka."