Bercak merah apa ini? Kutatap telapak tanganku. Hmmm, I see. Ternyata hidungku berdarah lagi. Kenapa akhir-akhir ini lebih sering dari sebelumnya?
Kepalaku serasa terbelah. Punggungku dihujam jarum beribu-ribu. Tubuhku diberati keletihan luar biasa. Ya, Tuhan, bahkan untuk bangkit dari ranjang saja susah sekali.
Tidak, aku tidak boleh menyerah. Bukankah sejak kecil aku sering seperti ini? Tapi...sebenarnya apa yang terjadi dengan tubuhku? Aku yakin ini bukan kelelahan biasa.
** Â
"Hmmm...sarapan apa ya hari ini?"
Kudengar suara kekanakannya di luar dapur. Aku tersenyum sendiri. Tak lama lagi dia pasti muncul.
Handel pintu ditarik dari luar. Aku bertatapan dengan seraut wajah cantik dibingkai rambut pendek yang lucu. Arini, keponakan kecilku, melompat ke pelukanku.
"Morning Daddy!" sapanya riang.
"Morning Pretty," balasku seraya mengecup keningnya.
"Daddy masak ya?" terka Arini.
Kuanggukkan kepala. Mata Arini berbinar senang. Dia gembira mendapati blueberry pancake kesukaannya tersaji di meja.