Jose tersenyum sinis. "Memangnya Sivia mikirin kamu?"
"It's not important."
Tidak penting Sivia memikirkan atau mengabaikanku. Prioritasku adalah keselamatan dan kesehatannya. Tepat pada saat itu, seberkas ide terlintas di kepalaku.
** Â Â
"Atas nama Sivia? Tapi foto profilnya cowok ganteng. Jadi, Mas ini cowok apa cewek sebenernya?" Driver yang meneleponku terkikik geli.
Mau tak mau aku ikut tertawa. Pasti dia bingung. Aku memesankan makanan atas nama istriku.
"Makanan itu buat istri saya. Saya yang pesankan."
"Kok nggak istrinya sendiri aja sih yang pesan? Atau Masnya yang keluar? Saya bingung nih. Apartemennya luas banget."
"Saya nggak di apartemen. Minta tolong ya...nanti saya kasih tips plus bintang lima. Ok?"
Merepotkan juga mengirim makanan untuk orang lain via aplikasi pesan antar. Aku tak menyerah. Aku harus terus melakukannya. Meski aku jauh darinya, kupastikan Sivia tetap merasakan sentuhan kasih sayangku.
Pagi-pagi kupesankan bunga lily kesukaannya dari florist langgananku. Siangnya, kubelikan ia lunch. Malam harinya, kukirimi ia sekotak coklat. Begitu terus sepanjang minggu.