Mendendam
Akankah kau bahagia
Bila cinta tak ada
Untuk dirimu lagi (Marcel-Mendendam).
Kuhentikan permainan piano. Air bening mengalir dari sudut mataku. Kuseka pelan air mataku tepat ketika Arini keluar dari kamarnya.
"Ayah...Ayah nangis?" tanyanya halus.
Ah, aku memang tidak bisa menyembunyikan apa pun dari Arini. Sejak aku ketambahan satu malaikat kecil lagi, aku merasakan makin banyak yang menyayangiku.
"Nggak kok. Mata Ayah kemasukan debu," dalihku.
Dahi Arini terlipat. "Mana debunya? Arini nggak kena."
Pintu dapur membuka. Wangi cream sup menguar. Alea menghampiri kami berdua. Bergantian dikecupnya keningku dan Arini.
"Makan malam sudah siap..." katanya ceria.