"Ya, kamu terlalu cinta pada Calvin. Aku tahu itu."
Aku tergugu. Air mataku berjatuhan. Sejak kakinya diamputasi, Jose menjadi kasar dan pemurung. Satu-satunya yang bisa membuatnya tersenyum hanya Arini.
"Aku mencintaimu, Jose." kilahku. Aku berusaha semampuku untuk membahagiakan hatinya.
"Kamu hanya mencintai Calvin Wan! Mengaku saja Al..."
"Ayah, Bunda, jangan bertengkar lagi!"
Arini terisak tertahan. Ia keluar dari kamarnya sambil memegang erat boneka beruang. Perhatian kami teralih. Aku dan Jose adu cepat menghampiri Arini. Aku dengan kedua kakiku, Jose dengan kursi roda otomatisnya.
Allah rupanya memudahkan Jose. Dia duluan yang berhasil merengkuh Arini ke dalam dekapannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H