Kenormalan Sivia meresahkan Calvin. Sedikit-banyak aku bisa membaca pikirannya. Pasti dia kira, sebentar lagi Sivia akan mengakui sebuah kesalahan. Atau barangkali Sivia akan meninggalkannya.
"Sivia, ada yang ingin kamu katakan?" Calvin bertanya lembut, menuangkan susu coklat ke gelas Sivia.
"Nope. I just wanna take a breakfast with you."
Calvin terdiam. Ini di luar kewajaran. Sikap Sivia begitu normal. Tidak menjerit marah, tidak melukainya, tidak pula menolak diajak sarapan.
"Princess, apa kamu ingin berpisah dariku?" tanya Calvin lagi, tak mampu menahan diri.
Sivia tertawa mendengarnya. "Calvin...Calvin, nggaklah. Walaupun aku self injury, jarang quality time sama kamu, dan sering lukai kamu, aku nggak ada niatan tuh buat pisah. Apa-apaan sih kamu, kayak baru nikah aja? Kita kan udah nikah enam tahun."
Calvin terenyak. Aku excited. Yes, apa yang ditakutkan Calvin tidak benar.
"Terus, kemarin itu maksudnya apa...?"
"Kemarin apaan?"
"Aku liat kamu berduaan sama Jose di cafe."
Yipeee, Calvin membuka kartunya! Itu alasan dia galau tingkat dewa. Lagi-lagi Sivia terkikik geli.