Oh no. Jangan Calvin, jangan. Aku tidak mau pisah darimu. Aku rasakan aura pria gemuk ini negatif. Please jangan pisahkan aku darimu ya...
Celakanya, Calvin tetap memberikanku pada si rekan bisnis. Pria itu kesenangan. Kulihat kini Calvin hanya mengenakan kemeja dan dasi.
"Beneran ini buat saya, Pak?" tanya si gendut antusias.
Calvin mengangguk. "Terkadang, kita perlu melepaskan sesuatu yang disukai untuk menghargai kehilangan."
Aku tersedu-sedu. Berarti, aku harus melepaskan Calvin. Bye-bye, my charming angel with the slanting eyes.
Dalam hitungan jam, aku punya majikan baru. Firasatku benar. Kurang dari dua jam bersamanya, aku sudah dibawa ke hotel bintang lima. Semula aku duga dia akan membooking kamar hotel untuk istrinya. Ternyata...
Seorang perempuan berpakaian minim melenggang masuk. Aku merinding. Apa dia kekurangan baju? Aku yakin, yakin seratus persen kalau perempuan bertampang lonte itu bukan istrinya.
"Sudah siap, Mas?" desah si perempuan erotis seraya naik ke tempat tidur.
Tidak, aku tidak mau melihat. Aku menunduk dalam-dalam. Menyesal diriku dibawa pria pecinta maksiat. Pria amoral yang merendahkan kesucian perempuan.
Calvin, kembalilah. Aku lebih memilih bersamamu dibandingkan dengan pria bejat ini. Kamu harus lihat apa yang dilakukan rekan bisnismu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H