Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Malaikat, Lily, Cattleya] Cangkir Berdarah

19 September 2019   06:00 Diperbarui: 19 September 2019   06:08 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenapa saya malah dikasih teh?" tanya si rekan bisnis keheranan.

"Minum tiga cangkir teh Hibiscus secara rutin bisa menurunkan tekanan darah biar kembali normal." jelas Calvin meyakinkan.

Saat kumpul keluarga di Hari Paskah, seorang tetua pernah curhat pada Calvin tentang kadar kolesterolnya yang naik-turun. Langsung saja Calvin menyuguhinya teh oolon. Ketika ditanya, Calvin menjelaskan khasiat antioksidan dan penurun kolesterol jahat pada teh satu itu.

Pada satu sore bergerimis, Sivia pulang ke rumah sambil terisak. Ia yang jarang memeluk Calvin, rebah di pelukan suaminya kala itu. Patah-patah wanita Manado Borgo itu menceritakan temannya yang divonis kanker. Calvin mengelus-elus kepala Sivia. Pelan berkata,

"Besok aku bawain teh putih buat teman kamu."

"Why should white tea?"

"Teh putih minuman anti kanker, Princess."

Beruntungnya aku bisa mengenal Calvin. Sesosok pria sukses pecinta teh yang berwawasan luas.

Biar bagaimana pun, Calvin tetaplah tak sempurna. Dia pernah membuatku cemburu. Kejadiannya di pagi bulan Desember yang dingin. Dua hari sebelum ulang tahunnya, Calvin kesulitan saat akan berangkat ke kantor. Dua Toyota Alphardnya dipinjam kerabat. H-Rvnya masuk bengkel. Rubiconnya dipinjam Alea untuk mengantar Jose terapi syaraf. Entah langit sedang bermain-main dengannya, Calvin pun gagal ketika berulang kali memesan taksi daring.

Ok fine, tak ada jalan lain. Mana pagi itu ada meeting penting. Calvin berlari ke luar kompleks. Ia menyetop bis. Itulah pengalaman pertamanya naik kendaraan umum ke kantor. Begitu terburu-burunya Calvin sampai ia tak sadar telah memasukkanku ke dalam tasnya. Kini tubuhku berdesakan dengan laptop, tab, dan dokumen bahan presentasi.

Aduh, sempit sekali di dalam sini. Tas Calvin kurang besar kayaknya. Aku susah bernapas. Laptop, tab, dan dokumen-dokumen menertawakanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun