"Kenapa saya malah dikasih teh?" tanya si rekan bisnis keheranan.
"Minum tiga cangkir teh Hibiscus secara rutin bisa menurunkan tekanan darah biar kembali normal." jelas Calvin meyakinkan.
Saat kumpul keluarga di Hari Paskah, seorang tetua pernah curhat pada Calvin tentang kadar kolesterolnya yang naik-turun. Langsung saja Calvin menyuguhinya teh oolon. Ketika ditanya, Calvin menjelaskan khasiat antioksidan dan penurun kolesterol jahat pada teh satu itu.
Pada satu sore bergerimis, Sivia pulang ke rumah sambil terisak. Ia yang jarang memeluk Calvin, rebah di pelukan suaminya kala itu. Patah-patah wanita Manado Borgo itu menceritakan temannya yang divonis kanker. Calvin mengelus-elus kepala Sivia. Pelan berkata,
"Besok aku bawain teh putih buat teman kamu."
"Why should white tea?"
"Teh putih minuman anti kanker, Princess."
Beruntungnya aku bisa mengenal Calvin. Sesosok pria sukses pecinta teh yang berwawasan luas.
Biar bagaimana pun, Calvin tetaplah tak sempurna. Dia pernah membuatku cemburu. Kejadiannya di pagi bulan Desember yang dingin. Dua hari sebelum ulang tahunnya, Calvin kesulitan saat akan berangkat ke kantor. Dua Toyota Alphardnya dipinjam kerabat. H-Rvnya masuk bengkel. Rubiconnya dipinjam Alea untuk mengantar Jose terapi syaraf. Entah langit sedang bermain-main dengannya, Calvin pun gagal ketika berulang kali memesan taksi daring.
Ok fine, tak ada jalan lain. Mana pagi itu ada meeting penting. Calvin berlari ke luar kompleks. Ia menyetop bis. Itulah pengalaman pertamanya naik kendaraan umum ke kantor. Begitu terburu-burunya Calvin sampai ia tak sadar telah memasukkanku ke dalam tasnya. Kini tubuhku berdesakan dengan laptop, tab, dan dokumen bahan presentasi.
Aduh, sempit sekali di dalam sini. Tas Calvin kurang besar kayaknya. Aku susah bernapas. Laptop, tab, dan dokumen-dokumen menertawakanku.