Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Calvin, Jose, Alea] Bukan Pelukan Terakhir

30 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 30 Juni 2019   06:08 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BMW putih itu mendaki perbukitan. Tikungan-tikungan terjal dilewati. Ruas jalan penuh liku. Beberapa batu besar terlempar ke tengah jalan, entah sengaja ditaruh oleh pengguna jalan nakal atau bagaimana. Hamparan bunga mawar, lily putih, melati, anggrek bulan, peperomia, aster, canna, alamanda, bougenville, dan tulip memanjakan pandangan mata. Seperti inikah surga yang tersedia di akhirat nanti?

Ketika melewati danau, Jose merasakan sakit di kepalanya. Ayah Calvin cepat tanggap. Obat painkiller itu sekejap telah pindah ke tenggorokan.

"Ayah...obatnya pahit." erang Jose, terbatuk setelah menelan obatnya.

"Semua obat tidak enak, Sayang. Tenang...kamu tidak sendiri." Ayah Calvin berkata menguatkan.

Mereka tiba di villa. Kebun teh terhampar indah di belakang villa mewah bercat putih itu. Telah lama Ayah Calvin tak mengajak Jose ke villanya.

Jose menikmati, sangat menikmati detik demi detik waktu bersama sang ayah. Tiap foto dari kamera mirrorless itu, pelukan hangat itu, ciuman hangat di kening itu, dan potongan-potongan tart karamel yang disuapkan dengan penuh kasih itu, ia sangat menikmati dan mensyukurinya.

"Ayah..." lirih Jose.

"Iya, Sayang?"

"Ini bukan pelukan terakhir, kan?"

Sekali lagi Ayah Calvin merengkuh anak itu. Mengabaikan tatapan heran turis yang lalu-lalang di sekitar kebun teh.

"Bukan, Sayang."

"Semoga aku bisa peluk Ayah sampai ke surga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun