Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Calvin, Jose, Alea] Bukan Pelukan Terakhir

30 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 30 Juni 2019   06:08 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau sedang tidur begini, dia makin tampan ya." komentar Bunda Alea.

Ayah Calvin hanya tersenyum. Membelai pelan tangan Jose yang terasa dingin.

"Mirip kamu." lanjut Bunda Alea, mengedip cantik.

Sontak Ayah Calvin memutar tubuh menghadap calon istrinya. Mata wanita itu berbinar nakal. Diangkatnya smartphone berlogo apel ke depan wajah Ayah Calvin. Sebuah foto terlihat jelas.

"Jose mencuri potretmu saat sedang tidur. Pose tidurmu manis juga,"

Pria berjas hitam itu terbelalak. Ingin marah, tapi tak bisa. Joselah yang melakukannya. Ayah Calvin sangat sensitif bila berurusan dengan foto diri dan privasi. Sebaliknya, dia pun sulit sekali marah pada orang-orang spesial di hatinya.

Bunda Alea tertawa melihat kegusaran tunangannya. "Ini tidak berbahaya, Calvin. Biasalah, anak-anak."

"Iya..."

"Kamu benar-benar seperti malaikat saat terlelap begini. Tenang, damai, innocent..."

"Totally wrong, Princess. Memangnya ada malaikat yang tidur? Bukankah tiap waktu malaikat berbakti pada Tuhan?"

Sibuk dengan dunia mereka sendiri, Ayah Calvin dan Bunda Alea tak menyadari sesuatu. Nyatanya Jose tak tertidur. Dia masih bisa mendengar suara-suara bernada riang di dekatnya. Belum pernah Ayahnya terdengar sebahagia itu. Bunda Alea, ya Bunda Alea melukiskan pelangi di setiap lembar harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun