Jose membelalak. "Yeeee, nggak bisalah! Memangnya Papa kamu bisa? Paman Revan kan cowok."
"Bisa tuh! Papa kan serba bisa!"
"Sini, sama Ayah aja ya..."
Tanpa diduga, Ayah Calvin naik ke lantai atas. Mata Silvi berbinar senang. Jose menatap Ayahnya tak percaya.
"Ayah kan nggak punya anak perempuan..." cetusnya bingung.
"Siapa bilang kalo nggak punya anak perempuan berarti nggak bisa? Dulu, Ayah sering ikat rambut Kak Smita. Gampang kok." sanggah Ayah Calvin tenang.
Kotak aksesoris milik Silvi diambil. Sebentuk ikat rambut berwarna biru dan berlapis bulu dikeluarkan. Ayah Calvin menguncir rambut Silvi. Hasilnya bagus dan rapi. Silvi berlari mencari kaca. Ia tersenyum puas memandangi bayangannya.
"Terima kasih, Ayah!" serunya riang, lalu mencium pipi Ayah Calvin.
Jose masih tak percaya. Ayahnya ternyata bisa melakukan itu.
Tak lama, Paman Revan bergegas naik menyusul mereka. Ia keheranan mendapati rambut Silvi terkuncir rapi. Tapi ia senang juga karena Ayah Calvin memperhatikan putrinya.
"Nah, gimana kalo kita turun sekarang? Tinggal beberapa menit lagi. Jose, Silvi, kalian duluan ya." kata Paman Revan.