Kepala Jose terangkat. Dia memandang muram wajah gurunya.
"I miss my bestfriend..." ujarnya.
"Andrio?" tebak Bunda Calisa.
Mata Jose melebar. Dari mana Bunda Calisa tahu? Seolah bisa membaca pikirannya, Bunda Calisa berkata. "Pak direktur sudah sering cerita."
Oh iya, Jose lupa. Bunda Calisa kan teman sekolah Ayah Calvin. Pasti mereka dekat. Dulunya, Ayah Calvin kakak kelas Bunda Calisa.
"Don't be sad, Son. Allah is the best planner in the world..." hibur Bunda Calisa seraya mengelus kepala Jose.
Allah perencana terbaik? Tapi, kenapa Ia mengambil Andrio? Tubuh Jose bergetar.
Tanpa kata, Bunda Calisa memeluknya. Wangi lavender membelai hidung Jose. Pelukan ini...sentuhan hangat ini...belaian ini. Rasanya seperti punya ibu. Jose mengerjapkan mata. Dia tak pernah punya Bunda sebelumnya.
"Jangan sedih lagi ya, Nak. Banyak yang sayang kamu. Ada Silvi, Sharon, Paman Revan, Paman Adica, pak direktur, dan...ada Bunda."
Bunda. Entah kenapa, kata 'bunda' menggetarkan hati Jose. Dia ingin memilikinya, ingin sekali.
Ada pak direktur...ada bunda. Ah, indahnya. Bagaimana bila pak direktur bersama bunda? Mungkin lebih indah lagi.