Sungguh, dia tak ingin berpisah dengan sesiapa. Impian Calvin sama dengan Abi Assegaf: memiliki banyak waktu bersama orang terkasih. Persediaan waktu di alam fana, siapa yang tahu?
** Â Â
-Semesta Dokter Tian-
Kotak putih berlapis beludru tergeletak manis di meja kerja. Dokter Tian membukanya, menuntaskan rasa penasaran. Harum lempah kuning membelai penciuman. Lempah kuning, masakan khas Bangka dengan bumbu rempah, kunyit, dan nanas. Bahan utamanya opsional, bisa berupa ikan, daging ayam, atau daging sapi.
Siapa yang memasakkan makanan kesukaannya? Pas sekali, kotak makanan ini tiba pada jam makan siang. Diraihnya telepon.
"Suster, tahukah siapa yang mengirimkan makan siang untuk saya?" tanya Dokter Tian ingin tahu.
"Oh, itu dari Nyonya Dinda. Nyonya sampai setengah jam yang lalu."
Progres pesat. Sejak pembaiatan Adeline, fluktuasi kedekatan mereka kian meningkat. Kiriman lunchbox itu menjadi lompatan besar.
Dokter Tian menikmati makan siangnya. Wajah Nyonya Dinda melintas. Perlukah ia pulang cepat dan membelikan kalung safir untuk istrinya?
Kejutan belum berakhir. Selesai makan siang, Dokter Tian menerima dua pucuk surat. Satu surat resmi, satu surat pribadi. Pengirimnya sama.
Mula-mula dibukanya amplop coklat berlogo rumah sakit. Sebentar membaca, dia terbelalak. Tidak, ini terlalu cepat. Tidak mungkin.