Diiringi seruan tertahan, Calvin berlari menghampiri pemuda tinggi berjas biru itu. Lengan Revan terentang. Pelukan adalah hadiah pertama saat pertemuan.
"Calvin...long time no see!" kata Revan bahagia. Diangkatnya tubuh Calvin, lalu diputarnya. Seperti waktu mereka masih kecil.
"Kamu tambah berat...apa kemo membuatmu berisi?" selidik Revan terengah.
Calvin tertawa. "Bilang aja gemuk. Ternyata obat-obatan itu membuat posturku tidak indah."
"Sabarlah. Kalau kamu sembuh, nanti tubuhmu bisa ideal lagi."
Revan pulang. Akhirnya...
** Â Â
-Semesta Tuan Effendi-
Kata karyawannya, hati Tuan Effendi dilapisi es. Banyak bagian yang keras, dingin, beku, dan perlu proses untuk mencairkannya. Benar, benar sekali.
Calvin mencoba berbagai cara untuk mencairkan lapisan es itu. Celakanya, Calvin sumber kekuatan sekaligus sumber kelemahan sang Papa. Tuan Effendi berat sekali untuk berkata 'tidak' padanya.
Usai menjemput sang Papa di gereja, dibawanya ayah kandungnya itu ke sebuah resto. Ia pesankan masakan Padang kaya rempah. Kuliner dari tempat Papanya dibesarkan. Pintar sekali Calvin menyamankan suasana hati Tuan Effendi.