Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Piano Putih, Mata Biru, dan Lapisan Es

20 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 20 Februari 2019   06:19 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh, dia tak ingin berpisah dengan sesiapa. Impian Calvin sama dengan Abi Assegaf: memiliki banyak waktu bersama orang terkasih. Persediaan waktu di alam fana, siapa yang tahu?

**    

-Semesta Dokter Tian-

Kotak putih berlapis beludru tergeletak manis di meja kerja. Dokter Tian membukanya, menuntaskan rasa penasaran. Harum lempah kuning membelai penciuman. Lempah kuning, masakan khas Bangka dengan bumbu rempah, kunyit, dan nanas. Bahan utamanya opsional, bisa berupa ikan, daging ayam, atau daging sapi.

Siapa yang memasakkan makanan kesukaannya? Pas sekali, kotak makanan ini tiba pada jam makan siang. Diraihnya telepon.

"Suster, tahukah siapa yang mengirimkan makan siang untuk saya?" tanya Dokter Tian ingin tahu.

"Oh, itu dari Nyonya Dinda. Nyonya sampai setengah jam yang lalu."

Progres pesat. Sejak pembaiatan Adeline, fluktuasi kedekatan mereka kian meningkat. Kiriman lunchbox itu menjadi lompatan besar.

Dokter Tian menikmati makan siangnya. Wajah Nyonya Dinda melintas. Perlukah ia pulang cepat dan membelikan kalung safir untuk istrinya?

Kejutan belum berakhir. Selesai makan siang, Dokter Tian menerima dua pucuk surat. Satu surat resmi, satu surat pribadi. Pengirimnya sama.

Mula-mula dibukanya amplop coklat berlogo rumah sakit. Sebentar membaca, dia terbelalak. Tidak, ini terlalu cepat. Tidak mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun