Ia biarkan saja si pelayan memaki-makinya smpai puas. Marahkah perawat tampan itu? Tidak. Diterimanya tiap makian dengan sabar. Selama bekerja di keluarga Assegaf, sudah dua kali ia dikasari orang: oleh pelayan dan bukan pelayan.
"Ada apa ini?"
Arlita tergesa mendekat. Ia melempar pandang tajam pada si pelayan.
"Nyonya, Gabriel menumpahkan saus. Saya terpeleset..."
"Benarkah?" Mata bening melirik Gabriel sekilas.
"Iya, Nyonya. Maaf. Saya tak sengaja."
Amat dalam ia menekan harapan. Berharap Arlita tak bertanya sebabnya menumpahkan saus. Gabriel ingin merahasiakan apa yang dilakukannya tadi pagi. Anggota keluarga Assegaf tak boleh tahu.
"Lain kali hati-hati. Tolong jaga kebersihan rumah ini. Saya tak suka mendengar kecerobohan pekerja." kata Arlita tegas.
Batinnya lega. Arlita tidak mempertanyakan alasan. Gabriel mengangguk sopan, pelan meminta maaf.
"Sudahlah. Kembali bekerja."
Sambil bekerja, Gabriel tenggelam dalam pikirannya sendiri. Salahkah ia memberikan perhatian? Salahkah ia memasakkan bento untuk putri kampus yang ingin masakan rumahan? Apakah ia dianggap fake? Tidak, Gabriel benar-benar tulus.