Sering kali ketulusan disalahartikan. Namun, janganlah berhenti menjadi tulus. Hanya Tuhan yang mengerti. Tuhan mengerti perawat tampan itu sangat menyayangi anak-anak Abi Assegaf.
Riskan Gabriel mengungkapkan kasih sayang secara eksplisit pada anak-anak pasien. Dia harus menutupinya. Cara terbaik untuk menunjukkan kasih dengan sebentuk perhatian. Perhatian, bukti kasih sayang paling nyata. Sebuah perhatian kecil menjadi menggetarkan bila dilakukan setulus hati.
Tak masalah bila Gabriel harus datang dua jam lebih awal. Tak masalah jika Gabriel memasakkan bento setiap hari. Sungguh, ia akan lakukan itu dengan senang hati.
Planet untuk menyembunyikan rasa adalah hati. Perawat tampan itu menutup kasihnya rapat-rapat, memilih menyalurkannya dalam bentuk lain. Mengasihi adalah pilihan. Menyayangi bukan paksaan.
Ah, betapa sayangnya Gabriel pada Adica dan Syifa. Apa pun untuk mereka. Apa lagi hanya lunchbox.
** Â Â Â
Moodnya tak membaik juga. Ia masih rindu masakan rumahan. Kerinduan itu belum lesap. Biar saja ia dianggap aneh oleh teman-temannya. Mereka tidak mengerti.
"Ya ampun...Syifa, Syifa. Kamu aneh ya. Di saat anak seumuran kita pengen banget makan di luar dan belum tentu bisa, kamu malah kangen masakan rumahan." komentar teman-temannya.
"Memangnya kenapa? Seriously, bosan rasanya makan di luar terus. Aku ingin masakan rumahan..."
Gadis cantik itu merengut, memajukan bibir. Lucu sekali ekspresinya. Begitu terburu-burunya ia tadi pagi. Hingga ia lupa menyuruh asisten rumah tangganya membuatkan sesuatu.
"Udahlah, masih banyak waktu. Kamu bisa menikmati masakan rumahan kapan pun kamu mau. Come on, makan siang aja di resto yang recomended. Btw, di dekat sini ada resto baru...mau coba?"