Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Perawat Misterius Berhati Malaikat

8 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 8 Januari 2019   06:01 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah melempar tatapan meremehkan, Deddy berjalan pergi. Gabriel menutup pintu dengan masygul. Abi Assegaf menepuk-nepuk punggungnya dengan sikap fatherly. Lembut memintanya tidak usah memikirkan perlakuan Deddy.

"Sepertinya Tuan Deddy marah pada saya."

"Tidak, tidak. Dia hanya terlalu protektif pada saya dan keluarga."

Si perawat misterius mendesah. Mulai memikirkan cara untuk menghapus amarah Deddy.

Besok paginya, Gabriel datang dua jam lebih awal. Tahu Deddy menginap di rumah mewah tepi pantai selama seminggu, ia memasakkan makanan favoritnya: nasi Hainam. Gabriel perawat serba bisa. Mengoperasikan alat-alat kesehatan, dia ahlinya. Membujuk orang lain minum obat dan kemoterapi, ia paling sabar. Memasak, hasil masakannya lebih lezat dibandingkan enam pelayan di dapur besar.

"Ajari kami memasak seenak ini." pinta mereka.

Si perawat hanya tersenyum. Mulai plating. Menata makanan dengan cantik. Ditingkahi tatapan kagum enam pasang mata.

Lezatnya nasi Hainam buatan Gabriel sedikit mengurangi ketidaksukaan pria orientalis itu. Hati Gabriel dialiri kelegaan. Satu kebaikan dapat melembutkan hati.

**   

"Assegaf Sayang, hidungmu berdarah."

Benar saja. Hidung Abi Assegaf mengeluarkan darah segar. Beberapa tetesnya menodai jas putihnya. Arlita cemas, cemas luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun