"Akan saya carikan secepatnya."
Tanpa diduga, Gabriel mengambil inisiatif. Tiga pasang mata menatapnya.
"Mengapa tidak kau saja yang mendonorkan darahmu? Bila golongan darahmu sama..." kejar Adica.
"Maaf, Tuan Adica. Saya tidak bisa."
Makna frasa 'tidak bisa' terlalu luas. Adica nampak tak puas, namun berhenti bersikap interogatif. Si perawat misterius pun bergegas mencarikan donor darah.
Proses tidak mengkhianati hasil. Perawat berhati malaikat itu kembali membawa harapan. Ia sangat lega dan bahagia saat proses transfusi berjalan lancar. Arlita, Adica, dan Syifa tak henti berterima kasih padanya.
Tatapan tulus itu...mengapa begitu mendalam?
** Â Â
Taksi online yang ditumpanginya menepi di depan rumah mewah. Selesai membayar dan memberi lima bintang, si pria berkulit putih dan berpakaian putih turun dari mobil. Dilambaikannya tangan saat taksi online melaju menuruni lereng bukit.
"My Dear, apa yang kaulakukan sungguh nekat. Tolong berhenti."
Pria tua bertubuh gemuk dan berwajah oriental berdiri menunggu di halaman depan. Gabriel mendesah. Menggeleng pelan.