Deddy tersenyum angkuh. "Main piano? Kaupikir ini rumahmu? Apa hakmu menyentuh barang-barang di sini?"
Gabriel meminta maaf berulang kali. Terus saja Deddy menyalahkannya. Menuduhnya tak tahu diri.
"Jangan sentuh piano itu lagi!" gertak Deddy.
"Baik, Tuan. Saya..."
"Kau boleh memainkannya, Gabriel."
Suara lembut Abi Assegaf menyela. Di luar dugaan, dia datang menengahi. Deddy menatapnya seakan Abi Assegaf baru saja menenggak Afrodisiak.
"Kau gila atau bodoh? Dia hanya perawat, Assegaf."
"Memangnya perawat tidak boleh main piano?"
Perkataan Abi Assegaf sukses membungkam Deddy. Suami mendiang Karin itu tersinggung. Mata sipitnya menatap si perawat penuh kebencian.
"Aku tidak tahu rencana jahat apa yang tersembunyi di balik kepala botakmu. Aku juga tidak tahu isi pikiran di balik lensa kontak jelekmu itu. Tapi...sekali saja kau menyakiti Assegaf, kau akan berhadapan denganku."
"Saya janji, saya tidak akan menyakiti Tuan Assegaf. Saya akan menjaga Tuan Assegaf sebisanya."