Perlahan tapi pasti, Syifa merenungi ucapan Abinya. Benar, sungguh benar. Esensi dakwah yang sesungguhnya bukanlah menambah jumlah pemeluk agama, tetapi menunjukkan keindahan agama kita pada orang lain.
Dalam gerakan slow motion, Syifa memeluk Abi Assegaf. Ayah dan anak itu berpelukan, erat dan lama. Ketukan pintu membuyarkan kebersamaan mereka.
Room boy datang membawa paket. Kening Abi Assegaf berkerut melihatnya.
"Ada paket untuk Zaki Assegaf."
Aneh, tak biasa. Dari mana pengirim paket itu tahu kalau ia tengah menginap di sini? Mengapa ia menuliskan nama lengkap?
"Dari siapa, Abi?" tanya Syifa penasaran.
"Abi tidak tahu. Kita buka ya..."
Bubble wrap dibuka. Sebentuk kotak berukuran sedang tersingkap. Isinya sebotol parfum Calvin Klein, sepasang sepatu Nike, setelan jas Christian Dior, dan botol putih berisi obat herbal dari Tiongkok. Dari keterangannya, obat itu berkhasiat untuk membantu penderita kanker.
"Wow, semua hadiah ini untuk Abi. Apa Abi akan meminum obatnya?"
Abi Assegaf menggeleng ragu. Sebentuk kartu kecil jatuh dari dalam kotak. Syifa membuka kartu itu dan membacanya keras-keras.
Dear Zaki Assegaf,