Sisa perjalanan berlangsung lancar. Abi Assegaf mengantarkan perempuan itu sampai ke gereja. Terlihat si perempuan sangat bersyukur sampai-sampai kehilangan kata.
** Â Â Â
"Syifa...kamu kenapa, Sayang? Cerita sama Abi."
Di kamar hotel berlampu temaram dan berpendingin udara, Abi Assegaf mengajak Syifa bicara dari hati ke hati. Keduanya duduk bersisian di ranjang besar.
"Syifa nggak suka Abi antar perempuan itu ke gereja." ungkap Syifa jujur.
"Kenapa nggak suka, Nak? Apa salahnya menolong orang?" Abi Assegaf bertanya lagi.
"Abi menolong orang beribadah di tempat lain, bukan di rumah Allah. Sama saja Abi menolong orang berbuat sesuatu yang dibenci Tuhan kita."
Ruang pemahaman mulai terbuka. Abi Assegaf mengelus kepala Syifa, lembut berbisik.
"Abi sama sekali tak ada maksud menolong orang berbuat kekufuran, Sayang. Ini hanya bentuk toleransi. Abi kasihan sama orang itu."
"Kalau Abi kasihan dan peduli, kenapa Abi nggak ajak dia tukar pikiran tentang Islam? Dari pada antar dia ke gereja..."
"Syifa Sayang, dakwah itu tidak harus membuat orang beragama lain pindah ke agama kita. Dakwah yang sebenarnya adalah menunjukkan nilai-nilai positif dalam agama kita. Soal terbuka-tidaknya hati mereka menerima kebenaran, itu hak prerogatif Allah. Yang penting, kita tunjukkan saja keindahan Islam. Islam yang lembut, penyayang, pemurah, dan toleran..."