Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Empat Pasang Kaki, Persahabatan Multi Etnis

24 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 24 Desember 2018   07:11 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka bertiga duduk di rumput. Menikmati makan siang bersama. 3 menu, 3 selera, 3 budaya. Deddy melahap nasi hainamnya. Sasmita menyantap sate maranggi, dan menolak dengan senang hati ketika Deddy ingin mencicipi satu tusuk sate. Abi Assegaf hanya bisa menikmati setengah porsi Manakeesh-roti bundar khas Arab berisi sayuran, daging, dan keju-. Sisa rasa mual akibat kemo keenam merusak selera makannya.

"Anorexia lagi ya?" Deddy membungkuk di depannya, takut sekali bila Abi Assegaf memuntahkan makanannya.

"Sudah, sudah. Tidak apa-apa. Minum obatmu. Ini..."

Sasmita menyodorkan segelas air mineral dan pil-pil obat. Dalam hati mengucap bismillah. Berharap Abi Assegaf tak kesulitan menelan lagi seperti waktu itu.

"Bismillah..." Suara gumaman Deddy terdengar jelas. Pria berdarah keturunan itu tak kalah waswas. Ya, Allah, perkara kecil macam minum obat pun bisa berbahaya bila tak hati-hati.

**    

"Masya Allah, punggungku hampir patah."

Deddy merintih pelan, menjatuhkan tubuhnya di ranjang empuk. Tiga asisten rumah tangga bergiliran masuk ke kamarnya. Mengantarkan jus apel, cup cake, dan meletakkan pakaian-pakaian bersih di lemari.

"Tuan Deddy ngapain aja memangnya?" tanya salah satu asisten penasaran.

"Saya mengangkat tubuh Zaki. Ah, tidak...tidak, jangan mengeluh. Deddy, memangnya kamu mau jadi Zaki? Harusnya saya bersyukur." Deddy komat-kamit, lalu memejamkan mata.

Belasan kilometer dari mansion mewah Deddy, Sasmita tafakur. Ia bersujud, lalu menangis. Amat berharap shalatnya diterima setelah lama melepaskan diri dari lingkaran iblis anggur putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun