"Assegaf!"
Gelembung rindu pecah. Tiga sahabat itu saling menyerukan nama. Abi Assegaf terlalu bersemangat mendekati sahabat-sahabatnya.
"Tidak, tidak. Biar kami saja yang ke sana. Tetap di tempatmu!" tegas Deddy, melempar kunci mobilnya ke tangan petugas sekuriti.
Deddy mantan atlet basket. Kaki panjang dan tubuh tinggi atletis membuatnya mampu berlari cepat. Sasmita 20 senti lebih pendek dari Deddy dan Abi Assegaf. Gerakannya kalah cepat. Masalah postur tubuh sering melunturkan kepercayaan dirinya. Pikir Sasmita, Deddy dan Zaki Assegaf layaknya peragawan-peragawan menjulang dengan tinggi di atas 175 senti. Sedangkan dirinya, harus puas bertengger di posisi 155 senti.
Kedua kaki yang telah ditebari sel kanker itu tak kuat menopang tubuh pemiliknya. Abi Assegaf terjatuh. Deddy, Arlita, dan Adica terburu mendekat. Membantunya berdiri. Sasmita terlambat. Kakinya tak sepanjang sosok-sosok tinggi itu.
"Assegaf Sayang, are you ok?" tanya Arlita, kekhawatiran tercermin di mata beningnya.
Abi Assegaf bersandar di bahu Arlita. "Sakit sekali, Arlita..."
Jangan takut sendiri
Kamu takkan lagi sepi
Jangan takut kehilangan