Pundakku siap tersandar
Tanganku selalu menggenggam
Ini aku... (Devano Danendra-Ini Aku).
Samar, dari dalam studio, terputar sebuah lagu. Sedikit melesapkan keputusasaan di hati sang penyintas kanker paru-paru.
"Pundakku siap tersandar...tanganku selalu tergenggam...ini aku." Arlita, Adica, Deddy, dan Sasmita bernyanyi bersama. Menguatkan Abi Assegaf lewat kata dan lagu.
Perlahan Arlita memapah Abi Assegaf ke dalam kantor. Adica, Deddy, dan Sasmita lekat mengikuti. Tak pernah mereka jauh dari Abi Assegaf. Para staf lainnya speechless. Lihatlah, semangat hidup Abi Assegaf begitu tinggi. Walau sakit, dia masih bisa datang ke kantor, bertanggung jawab pada Refrain Radio, dan memperhatikan orang-orang yang dihidupinya.
"Arlita, Adica, Deddy, Sasmita..." Abi Assegaf lirih memanggil mereka.
"Assegaf, sebaiknya kau jangan banyak bicara dulu." Deddy makin khawatir, namun Arlita mengangkat tangan menyuruhnya diam.
"Bagaimana bila kanker ini membuatku benar-benar lumpuh?"
Lembut dan sedih nada suara Abi Assegaf kala mengatakannya. Mereka berempat terenyak. Bukannya mereka tak menyiapkan hati untuk konsekuensi satu itu, namun...
"Abi boleh pakai kakiku." ujar Adica tulus.