Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Empat Pasang Kaki, Persahabatan Multi Etnis

24 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 24 Desember 2018   07:11 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kakiku kakimu juga, Zaki Sayangku. Bukankah kita ini satu?" Arlita berkata retoris, memaksakan senyum menawan.

"Aku akan jadi orang pertama yang menemanimu kemana saja bila itu terjadi," janji Sasmita. Lalu ia melanjutkan seraya menundukkan wajah. "Walau kakiku paling pendek dan aku tidak setinggi Deddy."

"Mana mungkin aku tidak menjaga sahabatku? Dari dulu kau sering sakit, Assegaf. Aku malah akan khawatir bila tak bisa menjagamu lagi." timpal Deddy dengan gaya khasnya.

Senyuman merekah di wajah pucat Abi Assegaf. Bagaimana pun kondisinya, itu takkan mengubah kasih sayang di hati orang-orang terdekat. Mereka tetap ada untuknya, tetap mencintainya sepenuh jiwa.

**     

Jadd Hamid menggebrak meja. Gelas berisi kopi Gayo bergetar. Sedikit isinya tumpah membasahi taplak. Kue-kue kecil di piring kertas seolah mengerut ketakutan, menyaksikan amarah komisaris utama Refrain Radio.

Suasana ruang rapat memanas. Atmosfer ketakutan menggantung berat di udara. Bukan Jadd Hamid namanya bila tak bisa membuat hati semua orang gentar.

Perkara super rasis dan intoleran dibawa-bawa ke forum. Jadd Hamid menentang diadakannya program siaran langsung Misa Natal dari Gereja Katedral. Abi Assegaf memperjuangkan program itu agar tetap berlanjut. Ia punya argumen kuat.

"Abi, tidakkah Abi kasihan pada pendengar kita yang Kristen dan Katolik? Kebutuhan mereka akan siaran ruang agama patut diakomodir." Abi Assegaf melemparkan argumennya.

"Jangan membantahku, Zaki! Sekali tidak, tetap tidak!" hardik Jadd Hamid.

"Abi, Zaki tetap melanjutkan program itu." ucap Abi Assegaf, tegas dan berwibawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun