Orang-orang yang keluar-masuk lobi menatap aneh mereka bertiga. Seakan tahu, ketiganya sedang terlibat ketegangan. Sulit menentukan mana yang paling insecured di antara mereka.
"Tubuhmu saja sakit. Bagaimana mungkin kamu bisa membahagiakan orang lain?" Ray Wiharja melemparkan ejekan penuh kemenangan.
"Ray, lebih baik kau cari pasangan dari pada memprovokasi Syifa."
Tangan kanan Ray Wiharja melambai ke arah replika lukisan Monalisa di dinding. "Eits, tak semudah itu. Aku sudah menutup pintu hatiku untuk semua perempuan cantik yang menginginkanku sebagai pasangannya."
Adica terbelalak. Syifa menyilangkan lengan, paham betul pilihan hidup sahabat freakynya.
"Jadi...?"
"Ya, aku tak ada apa-apa dengan Syifa." potong Ray Wiharja lugas.
Satu sisi lain Ray Wiharja yang sulit dipahami: tidak mau menikah karena menolak percaya cinta wanita. Meski berprinsip tak menikah, Ray Wiharja sangat menyayangi Syifa sebagai sahabatnya.
Orang aneh, Adica tak tahan memunculkan dua kata itu dalam lembar persepsinya. Bagaimana mungkin gadis cantiknya bersahabat dengan Ray Wiharja?
** Â Â Â
Adi Renaldi bukanlah newbie dalam dunia broadcasting. Jam terbangnya cukup tinggi. Ia expert di bidang reportase olahraga.Selama bertahun-tahun, kiprahnya sebagai reporter olahraga dan pemandu program Sportainment di Refrain Radio layak dikagumi.