Ingin rasanya Adica memberi reward untuk diri sendiri. Ok fine, dirinya telah mampu menguasai diri. Tetap tenang di tengah serbuan kepanikan. Sulit, sulit sekali menguasai diri dalam situasi begini.
Wajah Abi Assegaf terus berkelebatan di pikirannya. Bagaimana kondisi pria itu sekarang? Mengapa Arlita tak mengabarinya lagi?
** Â Â Â
"Ini untukmu."
Sasmita mengulurkan kotak putih berisi pasta panggang. Adica menerimanya dengan ragu.
"Terima kasih. Dari siapa, Pak Sasmita? Pendengar kita, ya?"
Sasmita menggeleng. "Dari Pak Effendi."
Wajah tampannya berubah keruh. Adica meletakkan kotak pasta begitu saja. Enggan sekali menyentuhnya.
"Kenapa?" selidik Sasmita keheranan.
"Saya tak mau memakannya. Untuk Pak Sasmita saja. Atau untuk cleaning service." kata Adica datar.
Alis Sasmita terangkat. "Tapi...Pak Effendi sendiri yang mengantarkannya."