Sebagian isi lagu itu menghentak hatinya. Benar, apa artinya cinta bila hidup tanpa Abi Assegaf. Adica begitu mencintai ayah keduanya. Janji dan tekad telah membulat, dia takkan meninggalkan Abi Assegaf apa pun yang terjadi.
Mengapa lagu itu sangat representatif? Dirinya tak bisa hidup tanpa Abi Assegaf. Sosok ayah luar biasa, ayah yang selalu ia rindukan dan ia doakan. Apa artinya cinta bila tanpa Abi Assegaf?
Beban berat kekhawatiran menghimpit jiwanya. Adica khawatir, sangat khawatir pada kondisi Abi Assegaf. Andai dia ada di sana. Andai durasi siarannya sudah selesai. Sayang sekali, durasi siarannya masih panjang.
Abi Assegaf mengajarinya untuk selalu bersikap profesional. Adica meyakini ajaran itu. Dalam situasi apa pun, profesionalitas nomor satu di kursi siaran radio. Walau tak mudah, walau berat.
Lagu berakhir, fade out. Filler terputar. Disusul beberapa iklan. Adica memanfaatkan jeda itu untuk melampiaskan rasa cemasnya. Saat kembali naik siaran, tak terdengar sedikit pun nada kecemasan.
"Pendengar, cuaca di sekitar studio mulai redup. Hujan lebat turun...dan sudah ada beberapa pengguna jalan yang berhenti sebentar di depan studio Refrain. Bagaimana dengan cuaca di daerah Anda? Sekarang ini, frekuensi hujan semakin tinggi ya, pendengar. Hati-hati, dan tetap jaga kesehatan. Cuaca yang kurang bersahabat membuat tubuh lebih mudah sakit..."
Tenang, santai, hangat, dan bersahabat. Kesan ketidaktenangan lenyap dalam suaranya. Benar-benar profesional. Pendengar Refrain tak tahu. Salah satu penyiar kesayangan mereka sedang terpapar virus khawatir tingkat akut sore itu.
Pendengar bukannya tak tahu, tapi tak mau tahu. Ya, pendengar tak mau tahu bagaimana perasaan penyiar. Tujuan mereka mendengarkan radio adalah mencari musik, hiburan, dan informasi. Mana mungkin mereka terhibur bila penyiarnya saja menampakkan kesedihan?
Katakanlah ini sisi kejam dunia entertainment. Publik tak peduli perasaan idolanya. Mereka dituntut tampil profesional dan mampu all out di depan publik. Peduli amat mereka sedang sedih, tertekan, galau, dan stress.
Menampakkan emosi negatif tak ditolerir di dunia seperti ini. Haram bagi pelaku industri hiburan untuk terlihat sedih, marah, frustrasi, dan galau saat bekerja. Ritme hidup manusia siapa yang tahu. Tapi sekali lagi, publik tak peduli.
Sudah menjadi risiko. Suka tidak suka, seorang public figure harus begitu. All out dan profesional, beban besar mereka.