Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Balada Profesionalitas Siaran

5 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 5 Desember 2018   05:56 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian isi lagu itu menghentak hatinya. Benar, apa artinya cinta bila hidup tanpa Abi Assegaf. Adica begitu mencintai ayah keduanya. Janji dan tekad telah membulat, dia takkan meninggalkan Abi Assegaf apa pun yang terjadi.

Mengapa lagu itu sangat representatif? Dirinya tak bisa hidup tanpa Abi Assegaf. Sosok ayah luar biasa, ayah yang selalu ia rindukan dan ia doakan. Apa artinya cinta bila tanpa Abi Assegaf?

Beban berat kekhawatiran menghimpit jiwanya. Adica khawatir, sangat khawatir pada kondisi Abi Assegaf. Andai dia ada di sana. Andai durasi siarannya sudah selesai. Sayang sekali, durasi siarannya masih panjang.

Abi Assegaf mengajarinya untuk selalu bersikap profesional. Adica meyakini ajaran itu. Dalam situasi apa pun, profesionalitas nomor satu di kursi siaran radio. Walau tak mudah, walau berat.

Lagu berakhir, fade out. Filler terputar. Disusul beberapa iklan. Adica memanfaatkan jeda itu untuk melampiaskan rasa cemasnya. Saat kembali naik siaran, tak terdengar sedikit pun nada kecemasan.

"Pendengar, cuaca di sekitar studio mulai redup. Hujan lebat turun...dan sudah ada beberapa pengguna jalan yang berhenti sebentar di depan studio Refrain. Bagaimana dengan cuaca di daerah Anda? Sekarang ini, frekuensi hujan semakin tinggi ya, pendengar. Hati-hati, dan tetap jaga kesehatan. Cuaca yang kurang bersahabat membuat tubuh lebih mudah sakit..."

Tenang, santai, hangat, dan bersahabat. Kesan ketidaktenangan lenyap dalam suaranya. Benar-benar profesional. Pendengar Refrain tak tahu. Salah satu penyiar kesayangan mereka sedang terpapar virus khawatir tingkat akut sore itu.

Pendengar bukannya tak tahu, tapi tak mau tahu. Ya, pendengar tak mau tahu bagaimana perasaan penyiar. Tujuan mereka mendengarkan radio adalah mencari musik, hiburan, dan informasi. Mana mungkin mereka terhibur bila penyiarnya saja menampakkan kesedihan?

Katakanlah ini sisi kejam dunia entertainment. Publik tak peduli perasaan idolanya. Mereka dituntut tampil profesional dan mampu all out di depan publik. Peduli amat mereka sedang sedih, tertekan, galau, dan stress.

Menampakkan emosi negatif tak ditolerir di dunia seperti ini. Haram bagi pelaku industri hiburan untuk terlihat sedih, marah, frustrasi, dan galau saat bekerja. Ritme hidup manusia siapa yang tahu. Tapi sekali lagi, publik tak peduli.

Sudah menjadi risiko. Suka tidak suka, seorang public figure harus begitu. All out dan profesional, beban besar mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun