Abi Assegaf berpaling, menatap Arlita yang kini berdiri di sisinya dengan penuh cinta. Publik sepakat. Abi Assegaf dan Arlita pasangan serasi. Pengusaha dan penyiar tampan berpasangan dengan mualaf cantik.
"Tetapi juga untuk memperkenalkan anggota keluarga baru...seorang anak yang sangat saya cintai. Saya bahagia sekali dia jadi bagian dalam keluarga...untuk itu, saya perkenalkan Adica Wirawan Assegaf pada hadirin sekalian..."
"Tidak!"
Tak sempat hadirin bertepuk tangan. Tak sempat kalimat terselesaikan. Tuan Effendi menggebrak meja. Wajahnya memerah menahan amarah.
"Effendi..."
"Papa..."
Calvin dan Nyonya Rose bangkit bersamaan. Memegang lembut lengan Tuan Effendi. Dengan kasar, pria itu mengibaskan lengan dari pegangan istri dan anaknya.
"Zaki Assegaf, kau tak berhak menjadikan dia anggota keluargamu! Karena dia anakku!"
Diiringi teriakan penuh emosi, Tuan Effendi mengangkat tinggi lembaran kertas hasil tes DNA. Tindakan impulsif rasa nekat. Efeknya fatal.
Wajah Calvin dan Adica sepucat mayat hidup. Syifa menahan nafas. Arlita terbelalak. Nyonya Rose kaget, tak menyangka suaminya seberani itu. Deddy dan Sasmita diam-diam melangkah ke backstage. Perasaan mereka tak enak. Para tamu undangan berbisik-isik seru. Ajang pergosipan dimulai lagi.
Abi Assegaf shock. Ia tak percaya, sungguh tak percaya. Ya, Allah, benarkah apa yang dikatakan Tuan Effendi? Sedetik kemudian, sakit menusuk tajam dada Abi Assegaf. Refleks ia memegangi dadanya. Diikuti tatapan cemas Adica, Arlita, dan Syifa.